2.1. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik
meliputi 3 elemen dasar yaitu :
·
Body
Aligement (Postur Tubuh)
Susunan
geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
·
Balance /
Keseimbangan
Keseimbangan
tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
·
Koordinated
Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body
mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika
tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan
mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan
mencegah kecacatan.
Perawat
menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti
berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan
klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat
mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat
meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu
kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien.
Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan
patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan dalam
mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1.
Gravitasi
Merupakan
prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan
benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat
tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
· Pusat
gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan
tubuh
· Garis
gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal
melalui pusat gravitasi.
· Dasar
tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam
keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2.
Keseimbangan
Keseimbangan
dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
3.
Berat
Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Body
Mekanik Dan Ambulasi
1.
Status
kesehatan
Perubahan
status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
2. Nutrisi
Salah satu
fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot
dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan
kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3. Emosi
Kondisi
psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan
harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan
ambulasi.
4. Situasi dan
Kebiasaan
Situasi dan
kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda
berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup,
perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan
yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem
neurologi dan muskulusletal.
2.4. Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan
mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah sbb :
1. Terjadi
ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
2. Resiko
terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
1. Pengkajian
A. Riwayat
Keperawatan
Pengkajian
keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari
posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi
berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam
mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami
pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas (
pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan
diakhiri dengan mudah atau tidak.
B. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh,
cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan
gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
· Kesejajaran
tubuh
Pengkajian
kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau
berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Menentukan
perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan.
2) Mengdentifikasi
penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
3) Memberi
kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
4) Mengidentifikasi
kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
5) Mengidentifikasi
trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6) Memperoleh
informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk,
seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior
guna mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah
pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi
istirahat sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji
kesejajaran tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan
alat penopang di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi
telentang.
Berdiri. Perawat
harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai
hal – hal berikut :
Kepala tegak
dan midline
Ketika
dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
Ketika
dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
Ketika klien
dilihat dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam
pola S terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung,
tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
Ketika
dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan
lutut pergelangan kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar
akan lutut dan pergelangan kaki yang fleksi.
Lengan klien
nyaman di samping.
Kaki di
tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari
kaki menghadap ke depan.
Ketika klien
dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis
gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara
kedua kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah
tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat
mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :
Kepala
tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
Berat badan
terbagi rata pada bokong dan paha.
Paha sejajar
dan berada pada potongan horisontal.
Kedua
kaki di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki
digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
Jarak 2 – 4
cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan
lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri
popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
Lengan bawah
klien ditopang pada penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan
kursi.
Hal penting
mengkaji kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai
kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan
ini, klien mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu
menerima tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika
duduk mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada
orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap
tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Karena
rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas
normal, mereka mengubah posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan
penurunan sirkulasi.
Pengkajian
kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan
menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.
Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada
dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini
memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.
· Cara
berjalan
Istilah gaya
berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan (
Fish & Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu
tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini
sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan
berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian
cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko
cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh
kurang lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
Kepala
tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
Tumit
menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
Kaki
dorsofleksi pada fase ayunan
Lengan
mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
Gaya
berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi
minimal dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
Kecepatan
berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
· Penampilan
dan pergerakan sendi
Rentang
gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah
satu dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi
sendi tiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan dan siku ) dan
hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi dan
adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada potongan
tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan
eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika
mengkaji rentang gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn
gerak dan ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak
pasif.
Pemeriksaan
ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau
rentang gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
Adanya
kemerahan atau pembengkakan sendi
Adanya
deformitas
Perkembangan
otot yang terkait dengan masing-masing sendi
Adanya nyeri
tekan
Krepitasi
Peningkatan
temperatur di sekitar sendi
Derajat
gerak sendi
· Kemampuan
dan keterbatasan gerak
Pengkajian
ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
Bagaimana
penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
Adanya
hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
Kewaspadaan
mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
Keseimbangan
dan koordinasi klien.
Adanya
hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
Derajat
kenyamanan klien
Penglihatan
· Kekuatan dan
masa otot
Sebelum
membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji
kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk
menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
· Toleransi
aktifitas
Toleransi
aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan
seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan
aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari
dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan toleransi aktifitas
klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan lainnya.
Pengkajian
toleransi aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat
perkembangan. Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh
perawat dengan segera.
Faktor
yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas
|
FAKTOR
FISIOLOGIS
Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan
nyeri, pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat
dalam 5menit setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan
darah kembali seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan.
Tipe
dari frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri,
penurunan kadar hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR
EMOSIONAL
Suasana hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran diri.
FAKTOR
PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis kelamin.
Kehamilan
Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.
|
Pengkajian ini
bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :
Disabilitas
kardiovaskular dan respiratorik
Imobilisasi
komplet dalam waktu yang lama
Penurunan
massa otot atau gangguan muskuloskeletal
Tidur yang
tidak mencukupi
Nyeri
Depresi,cemas,
atau tidak termotivasi.
Alat ukur
yang paling bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas
adalah frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman,
dan irama pernapasan serta tekanan darah.
· Masalah
terkait mobilitas
Pengkajian
ini dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan
hasil tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan
haluaran cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan
dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.
2. Penetapan
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis
keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara
lain :
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal
pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
Resiko
cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau
penggunaan tongkat yang tidk benar.
Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh
Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan
Mobilisasi
Intoleransi
aktifitas yang berhubungan dengan :
Kesejajaran
tubuh yang buruk
Penurunan
mobilisasi
Risiko
cedera yang berhubungan dengan :
Ketidaktepatan
mekanika tubuh
Ketidaktepatan
posisi
Ketidaktepatan
teknik pemindahan
Hambatan
mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
Penurunan
rentang gerak
Tirah baring
Penurunan
kekuatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berhubungan dengan :
Statis
sekresi paru
Ketidaktepatan
posisi tubuh
Ketidakefektifan
pola napas yang berhubungan dengan :
Penurunan
pengembangan paru
Penumpukan
sekresi paru
Kertidaktepatan
posisi tubuh
Gangguan
pertukaran gas yang berhubungan dengan :
Pola napas
tidak efektif
Penurunan
pengembangan paru
Penumpukan
sekresi paru
Gangguan
integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan
:
Keterbatasan
mobilisasi
Tekanan
permukaan kulit
Gaya gesek
Gangguan
eliminasi urine yang berhubungan dengan :
Keterbatasan
mobilisasi
Risiko
infeksi
Retensi
urine
Risiko
infeksi yang berhubungan dengan :
Statisnya
sekresi paru
Kerusakan
integritas kulit
Statisnya
urine
Inkontinensia
total yang berhubungan dengan :
Perubahan
pola eliminasi
Keterbatasan
mobilisasi
Risiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
Penurunan
asupan cairan
Ketidakefektifan
koping individu yang berhubungan dengan :
Pengurangan
tingkat aktifitas
Isolasi
sosial
Gangguan
pola tidur yang berhubungan dengan :
Keterbatasan
mobilisasi
Ketidaknyamanan
3. Perencanaan
Memperbaiki
penggunaan mekanika tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Memulihkan
dan memperbaiki ambulasi.
Mencegah
terjadinya cedera akibat jatuh.
4. Implementasi
Dalam
mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan
benar, menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari
tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur
tersebut digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang
diperlukan untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik
Mengangkat. Angka
cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari
setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik mengangkat dan
membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung
yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot
disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini
berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan, kebelakang, dan kesamping.
Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun.
Perawat
berisiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau
mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji
kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan
kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut :
1) Posisi
beban.
Beban yang
akan diangkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada
keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan
objek berada dalam potongan sama (Stams, 1989).
2) Tinggi objek.
Tinggi yang
paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah
seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
3) Posisi
tubuh.
Ketika
posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka
petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh
diposisikan dengan tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja
sama dengan cara yang sinkron.
4) Berat
maksimum.
Setiap
perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi
perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan
atau lebih 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang
beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5
kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan
berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera punggung perawat.
Ketika
mengangkat, perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi
sistem muskuloskeletal.
Mengangkat
objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit
mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas
kepala, orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga
menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya
menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik
mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau
otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan
perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di
tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk
mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang baik selama diposisikan.
Mengangkat
Yang Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
Kaji berat
posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan berat maksimum.
Angkat
objek dengan benar dari bawah pusat gravitasi:
Dekatkan
pada objek yang akan dipindahkan.
Perbesar
dasar dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka.
Turunkan
pusat gravitasi anda ke objek yang akan diangkat.
Pertahankan
kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan veterbrae, jaga tubuh
tetap tegak.
Angkat
objek dengan benar dari atas pusat gravitasi tempat tidur:
Gunakan
alat melangkah yang aman dan stabil, jangan berdiri diatas tangga teratas.
Berdiri
sedekat mungkin ke tempat tidur.
Pindahkan
berat objek dari tempat tidur dengan cepat pada lengan dan diatas dasar
dukungan.
|
Menentukan
apakah anda dapat melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan
pusat gravitasi lebih dekat ke objek.
Mempertahankan
keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan
cara yang sinkron.
Mengurangi
risiko cedera vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai
pusat gravitasi lebih dekat ke objek.
Meningkatkan
keseimbangan tubuh selama mengangkat.
Mengurangi
bahaya jatuh dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat
gravitasi diatas dasar dukungan.
|
Bantal siap
dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika
klien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat
harus menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien
meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol
tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan.
Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak tepat,
perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.
Papan kaki
(footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh
permukaan bawah kaki klien.Papan kaki mencegah footdrop dengan
mempertahankan kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas
tempat tidur, perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki
klien berada di papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan
alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki
klien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top
tennis shoes.
Trochanter
roll mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine.
Untuk membentuk trochanter roll,selimut mandi katun dilipat panjang kain
untuk lebar yang akan melebar dari trochanter femur terbesar sampai batas bawah
ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung
berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha berada posisi netral atau rotasi
dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai, maka patella langsung menghadap
ke atas.
Bantal
pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat
membentuk sesuai bentuk tubuh. Sanbag dapat digunakan di tempatnya atau sebagai
tambahan untuk Trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstremitas
atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
Gulungan
tangan (hand
rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan dengan
jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam
posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan
benar-benar berada dalam posisi fungsional.
Pembebat
pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi
klien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi)
dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh
klien dimana pembebat tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah alat
bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang di
raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas
atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari
tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan atas.
Restrain adalah alat
bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien binging atau
disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey.
Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi diatas sisi lain
menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah ikatan jaket dan diikat ke
pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain jangan pernah diikat ke
sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi bergerak lebih rendah dari
tempat restrain.
Pagar tempat
tidur, pegangan diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien
aman dan juga berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien
lemah untuk berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat
tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan
ini berguna untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya
matras lunak.
Meskipun
setiap prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus
perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi.
Petunjuk berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika
klien duduk atau berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu
kesejajaran. Demikian juga, jika persendian berada pada posisi tidak sedikit
fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi perawat juga mengkaji
titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial,
maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan
resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi
Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan
450 -600 dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk
membatasi sirkulasi dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta
lamanya klien paxda posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien
secara keseluruhan. Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut
fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal
yang normal. Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi
Fowler:
1) Meningkatnya
fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke
depan.
2) Ekstensi
lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
3) Tekanan
lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
4) Rotasi luar
pada pinggul.
5) Lengan
menggantung di sisi klien tanpa disokong.
6) Kaki yang
tidak tersokong.
7) Titik
penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
Posisi
terlentang. Posisi
terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal
rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada
dasarnya sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada
potongan horisontal. Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat
lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem
kulit maupun meukuloskeletal.
Mataras
harus cukup kuat untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau
pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera
sisitem kulit maupun meukuloskeletal.
Mataras
harus cukup kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu
yang disokong dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki
digunakan untuk mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut
ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
1) Bantal di
kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
2) Kepala datar
pada matras.
3) Bahu tidak
disokong dan berotasi dalam.
4) Siku
melebar.
5) Ibu jari
tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
6) Pinggul
berotasi luar.
7) Tidak
tersokongnya pinggul.
8) Titik
penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak
terlindungi.
Posisi
Telungkup.
Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap
kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi
servikal dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal
dibawah tungkai bawah memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas
ujung matras. Perawat harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang
terjadi, berikut ini:
1) Hiperekstensi
leher.
2) hiperekstensi
spinal lumbal.
3) Plantar
fleksi pergelangan kaki.
4) Titik
penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi
Miring. Pada
posisi miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan sebagian besar berat
tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika
berdiri. Contohnya, struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus
disokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari.
Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring :
1) Flesi
lateral pada leher.
2) Lengkung
tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
3) Persendian
bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4) Kurangnya
sokongan kaki.
5) Titik
penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang
terlindungi.
Posisi Sims. Posisi
sims berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada
posisi Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior, humerus dan
klavikula. Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :
1) Fleksi
lateral pada leher.
2) Rotasi
dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
3) Kurang
sokongan di kaki.
4) Kurang
perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut
dan pergelangan kaki.
Teknik
Memindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus
diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari
tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan
perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan
juga melindungi perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat
menggunakan bebagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang
harus diikuti saat memindahkan pada setiap prossedur memindahkan :
1) Naikan sisi
bergerak [ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur.
2) Tinggikan
tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
3) Kaji
mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4) Tentukan
kebutuhan akan bantuan.
5) Jelaskan
kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
6) Kaji
kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan
Perawat yang
melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus
meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
Perawat juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan
klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan
Klien. Klien
membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur,
menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita
muda dan sehatmembutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertam kali di sisi
tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan
satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik
tomi.
Untuk
menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang
dibutuhkan untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji
klien untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada
kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler).
Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan.
Contohnya, klien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi
mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin
keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur.
Perawat kemudian menentukan tingkat kenyamanan klien. Perawat juga mengevaluasi
kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan
apakah klien terlalu berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat
menyelesaikan prosedur sendirian. Pada kasus yang meragukan, perawat harus
selalu meminta bantuan orang lain.
Memindahakan
Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke
kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien
yang tidak dapat membantu. Perawat menejlaskan prosedur pada klien sebelum
pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan.
Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan
bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar
dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat.
Pemindahan
yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya
ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus
duduk dan menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit
sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada
kasus pusing atau pingsan.
Ketika
memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama
diperoleh sebanyak mungkin dari klein.
Memindahkan
Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan
dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus
membutuhkan tiga orang pengangkat. Tekinik ini bagus dilakukan jika orang-orang
memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka
mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan
menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan dibawah klien. Kain pengangkat
berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada
tekinik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur
ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan
mudah dengan menggunkan kain perangkat.
Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan
alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar
harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar
ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.
Pada semua
prosedur, keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga
orang pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus
memimpin.
v Mobilisasi
Sendi
Untuk
menjamin keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien
latihan ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka
perawat melakukan latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga
ditingkatkan dengan berjalan. Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu
seperti kruk untuk membantu berjalan.
Latihan
rentang gerak. Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak mandiri. Keterbatasan
ini dapat diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai
keterbatasan gerakan atau klien mengalami gangguan mobilisasi aktual atau
potensil maka perawat menyusun intervensi yang langsung mempertahankan
mobilisasi sendi maksimum. Salah satu intervensi keperawatan adalah latihan
rentang gerak.
Untuk
menjamin klien mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada
waktu tertentu, mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat
memandikan klien. Hal ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan
meningkatkan rentang gerak klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat
tidur selalu membutuhkan pemberian rentang gerak penuh pada
ekstremitas dan sendinya.
Latihan
rentang gerak dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak
tanpa bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga
dibantu oleh erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat
hanya memberi sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau
klien mampu mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang
lain secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan
latihan rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan
harus aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat
terjadi pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak
penuh.
Kecuali
kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah
pada kemampuan klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan
dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat
jangan memaksakan sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5
kali setiap bagian.
Ketika
melakukan latihan rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur
yang terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau
diangkat,perawat menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi
untuk menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal
yang berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian
distal ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan
yang khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang
gerak untuk leher dimungkinkan oleh fleksibilitas vertebra servikal dan
perputaran hubungn antara kepala dan leher. Kecuali kontra indikasi karena
bedah spinal,trauma medula spinalis,atau trauma saraf pusat lain,latihan gerak
rentangharus dilakukan oleh klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi leher.
Ketika terjadi kontraktur fleksi dileher,maka klien leher menjadi fleksi
permanen dengan dagu berada dekat atau terlihat menyentuh dada. Sehingga
kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang berubah,dan tingkat fungsi kemandirian
terganggu.
Bahu. Satu
keistimewaan bahu disbanding sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk
mengontrol,deltoid,berada dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada
otot lain yang menggunakan kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh.
Sehingga melatih bahusecara efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang
gerak. Untuk menyempurnakan hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.
Tujuan
tindakan pada bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk
menghindari nyeri.
Ketika
merawat klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus
menyusun intervensi untuk menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi.
Hal ini dapat dicapai dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk
atau member bantal ketika klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan
benar mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih
lanjut.
Siku. Fungsi
optimal siku berada disudut 900 . siku yang tetap berada pada posisi yang
ekstensi penuh membuat ketidakmampuan dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian
besar fungsi tangan dilakukan oleh lengan bawah dalam posisi setengah pronasi.
Ketika lengan bawah tetap berada posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan
klien terbatas. Untuk fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai
supinasi ke pronasi.
Pergelangan
Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah memposisikan tangan sedikit
dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh karena itu rentang gerak penuh
tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan pergelangan tangan pada posisi
fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap berada posisi sedikit fleksi maka
genggaman melemah. Pada klien imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan
dapat di capai dengan menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan
dan ibu jari. Rentang gerak pada jari tanagan dan ibu jari memampukan klien
melakukan aktivitas sehari hari dan aktivitas yang membutuhkan keterampilan
motorik halus seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit, menggambar, dan melukis.
Po0sisi fungsional jari tanagan dan iu jari adalah ibu jari sedikit fleksi
berlawana dengan jari tanagan. Pada klien yang mengalami keterbatasan
mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan posisi itu.
Pinggul.
Karena ekstremitas bawah penting sebagai daya penggerak dan pembawa berat
badan, sehingga stabilitas sendi pinggul lebih penting daripada mobilisasinya.
Sebagai contoh, apabila salah satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada
posisi netral dan ekstensi penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang
yang bermakna.
Bagaimanapun,
kontraktur sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang
berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien
memiliki daya penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur
fleksi menyebabakan lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi
dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi
utama lutut adalah stabilitas, yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan
otot. Bagaimanapun, lutut tidak bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat
badan kecuali ada kekuatan quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut
ekstensi penuh. Latihan rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam
ekstensi penuh.
Sendi lutut
yang tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak
mampuan tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada
ekstensi penuh maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika
utut fleksi maka orang itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya
maka semakin besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang
berjalan tanpa walker atau kruk.
Pergelangan
kaki dan kaki. Selama berjalan pergerakan sendi pergelangan kaki minimal.
Bagaimanapun sendi harus stabil dan dapat menahan berat badan, jika tidak
seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi sendi terbatas, perawat harus
mempertahankan sendi dalam posisi yang diamana berjalan dapat di lakukan dengan
gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika
seseorang rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks
dan berada pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot
gatroknemius dan soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada
pada posisi plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan
soleus ini akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi
dengan reganagan yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi
(footdrop), yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan
eversi juga harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai.
kaki harus datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan
benar.
Jari kaki .
fleksi berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar.
Jika inim menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar
diatas lantai dank lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi
adalah defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas
sendi.
Rentang
gerak adekuat member mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari,
latihan, dan berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat
pada ektremitas bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan
normal adalah kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar,
pinggul dan lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas
mengayun bersama dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi
aktivitas, sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan
temporer dan permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan
penggunaan alat bantu untuk berjalan.
Membantu
klien berjalan. separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan
persiapan. Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi,
dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.
Perawat
menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu,
kapan dilakukan kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu
perawat dank lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga
memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien.
Kursi, penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga
klien memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum
memulai, menentukan tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan
kurang toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan
kursi dapat di tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk
mencegah hipotensi ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat
tidur dan harus beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian
juga pada saat klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2
menitr sebelum bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum
berjalan. Sehingga perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing
kembali ke tempat tidur. Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko
hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat
harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap
berada di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua
tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking
belt). walking belt adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang
klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama
berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal ini
mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang
terlihat tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur
atau kursi terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan
sokongan dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga
menyangga berat badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara
perlahan-lahan ke lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke
lantai tidaklah sulit,mahasiswa harus mempraktekkan teknik tersebut dengan
kawan atau dengan teman kelas sebelum mencoba pada situasi klinik.
Klien
hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu
sisi)sering memerlukan bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping
bagian tubuh klien yang sakit dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk
pinggang klien dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior klien
sehingga tangan perawat berada di bawah aksila klien.memberikan sokongan dengan
memegang lengan klien adalah salah,karena perawat tidak mudah menyokong berat
untuk menurunkan klien ke lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika
perawat memegang lengan klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi
bahu.
Perawat yang
tidak kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan
bantuan.metode dua perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara
rata.dua perawat berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat
memeluk pinggang klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior
sehingga kedua tangan perawat menyokong aksila klien.
Metode yang
kedua membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat
berdiri di setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan
klien ke arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan
klien diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien
yang lain dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah
atau klien yang berat.
Menggunakan
Alat Bantu Berjalan.walker adalah suatu alat yang sangat ringan,mudah
dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari pipa logam.walker mempunyai empat
penyangga dan kaki yang kokoh.klien memegang pemegang tangan pada batang di
bagian atas,melangkah,memindahkan walker lebih lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat
adalah alat yang ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu
atau logam.dua tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan
tongkat kaki bersegi empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk
sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus
di pakai di sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika
berjalan,klien menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan
pada kedua kaki klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga
berat badan dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh
tongkat dan kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara
terus menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua
kaki atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat
empat kaki memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang
mengalami sebagian atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap
yang sama digunakan oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering
digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti
pada setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis.
Klien paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua
tipe kruk, kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan
bawah dan kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah
pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah.
Kedua-duanya yaitu pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan
tinggi klien. Kruk aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada
bagian atas, dimana bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk
batang yang dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus
diukur panjang yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka
dengan aman, mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan
bangkit dari duduk.
Mengukur
kruk. Kruk aksila lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien menggunakan
kruk, perawat juga harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk
klien dengan benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak
antara bantalan kruk dan aksila dan sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan
dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supinase
atau berdiri. Pada posisi telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit
klien. Tempatkan ujung pita pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5
cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung
kruk berada 14-15 cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda
lain, siku harus difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan
menggunakan goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm)
dibawah aksila.
Mengajarkan
gaya berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang
berat pada satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada
pemeriksaan bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan
oleh pengkajian perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan
penyakit atau cedera.
Cara berdiri
cara kruk adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan
dan 15 cm di samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan
dengan dasar sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod
meliputi kepala dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut
fleks. Berat badan tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru
berjalan.
Empat titik
bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi memerlukan
penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada di lantai.
Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang berlawanan
(mis. Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat badannya di
kaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien memegang
lengan kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk berdiri, maka
prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada posisi tripod
sebelum berjalan.
Mengintegrasikan
Latihan Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari
|
Menganggukkan
kepala “ya” melatih leher (fleksi dan ekstensi).
Mengelengkan
kepala “tidak” melatih leher (rotasi).
Mengerakan
telinga kanan kebahu kanan melatih leher (fleksi lateral).
Mengerakan
telinga kiri kebahu kiri melatih leher (fleksi lateral).
Meraih
untuk menghidupkan lampu diatas kepala melatih bahu (abduptus).
Menggaruk
punggung melatih bahu (hiperekstensi dan rotasi dalam).
Memutar
bahu kearah dada melatih bahu.
Memutar
bahu kearah punggung melatih bahu.
Makan,
mandi,mencukur, dan berpakaian melatih siku (fleksi ektensi).
Semua
aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik baik seperti menulis dan makan,
melatih jari dan ibu jari (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi).
Berjalan
melatih pinggul (fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
Memutar
ujung kaki kearah dalam melatih pinggul (rotasi dalam).
Memutar
ujung kaki kearah luar melatih pinggul (rotasi luar).
Berjalan
melatih lutut (fleksi, ekstensi).
Berjalan
melatih pergelangan kaki (dorsi fleksi, pelantar fleksi).
Mengarahkan
ujung kaki kearah kepala tempat tidur melatih pergelangan kaki (dorsifleksi).
Mengarahkan
ujung kaki kearah kaki tempat tidur melatih pergeangan kaki (plantarfleksi).
Berjalan
melatih kaki (ekstensi, hiperekstensi).
Mengayun
jari melatih jari (abduksi, adduksi).
|
Latihan
rentang gerak aktif mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat
juga harus merencanakan interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien
yang mampu melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan
progresif digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo
sekeletal, neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum
melakukan program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra
indikasi.
System
integument. Seperti yang telah di diskusikan sebelumnya, resiko utama pada
kulit akibat keterbatasan mobilisasi adalah dekubitus. Oleh karena itu
interfensi keperawatan berfokus pada pencegahan dan penatalaksanaan.
System
eliminasi. Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada
perkemihan adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi
kandung kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi
yang adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien
dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami
inkontinensia maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan eliminasi urine.
Untuk
mencegah distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran
urine. Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang
distensi menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat
mengontrol eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan
kateter sementara atau menetap untuk mencegah distensi.
Peawat juga
harus mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur
sayuran dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak
mampu mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak
feses, katartik, atau enema.
Tindakan
Pencegahan latihan Lansia
|
Pastikan
intensitas latihan rendah, 40%-70% dari perdiksi maksimun denyut jantung dan
kemajuan latihan sangat perlahan lahan.
Gunakan usaha
melatih irama jantung untuk memantau intensitas latihan.
Latihan
bertahap, perbanyak latihan pemanasan dan pendinginan untuk menurunkan resiko
hipotensi postural maupun arirmia jantung.
Gunakan
mekanika tubh yang benar, gunakan pakaian yang sesuai, sepatu latuhan khusus,
dan cukup hidrasi.
Hundari
gerakan memutar yang tiba tiba, gerakan cepat, dan gerakan transisi yang
cepat dari gerakan satu ke gerakan yang lain.
Hindari
gerakan mengganggu penglihatan dan keseimbangan.
Hindari
kontraksi isometric, yang bertahan lebih lama dari 10 detik.
Hindari
latiahan selama infeksi virus akut.
Hentikan
latihan jika terjadi angina, kontraksi ventricular, premature, atau sesak
napas yang berlebihan.
Dapatkan
persetujuan dokter dan program tertulis untuk pembatasan latihan fisik
spesifik sebelum memulai program latihan fisik.
|
5. Evaluasi
Evaluasi
yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika
tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan
mekanika tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda,
naik atau turun, dan berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar