Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting yang manusia makan
dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrien adalah zat kimia organik dan
anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi
tubuh.
1. Pengkajian
a. Dietary Data (Data diet dikumpulkan dari
klien maupun dari keluarga). Komponen dietary data :
• 24-Hours Recall Methode
Data yang dikumpulkan adalah tentang porsi makan, pola makan dan snack, waktu
makan, dan tempat makanan biasa diletakkan.
• Food diaries
Pertanyaan tentang frekuensi makan, makanan apa saja yang dimakan khususnya
dalam 3–7 hari sebelum sakit menggambarkan intake (pemasukan) nutrisi klien,
apakah adekuat atau tidak.
• Riwayat keperawatan dan diet: Anggaran
makan, makan kesukaan dan waktu makan.
b. Medical-Socioeconomic Data
Faktor-faktor medik, sosial dan ekonomi seperti juga budaya dan psikologis
dapat mempengaruhi pemilihan klien terhadap makanan. Faktor-faktor resiko
berikut berhubungan dengan medikal-sosioekonomi yang dapat menyebabkan
perubahan status nutrisi klien. Kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan
intake nutrisi contoh: kanker, malabsorbsi, diare, hipertiroid, infeksi berat,
perdarahan, ketidakmampuan fisik dan mental.
c. Anthropometric Data (untuk mengevaluasi
pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh).
ü Berat badan ideal : (TB – 100) + - 10%
ü Lingkar pergelangan tangan
ü Lingkar lengan atas (MAC). Nilai Normal : Wanita
28,5 cm, Pria 28,3 cm
ü Lipatan kulit otot triseps (TSF). Nilai Normal :
Wanita 16,5–18 cm, Pria 12,5–16,5cm
d. Clinical Data (memperhatikan tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada
organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya)
§ Keadaan fisik : apatis, lesu
§ Berat badan : obesitas, underweight
§ Otot : fleksi/lemah, tonus kurang, tidak mampu
bekerja
§ Sistem saraf : bingung, rasa terbakar,
paresthesia, refleks menurun
§ Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi,
diare, flatulensi, pembesaran liver/lien.
§ Kardiovaskuler : denyut nadi > 100x/mt, irama
abnormal, TD rendah/tinggi.
e. Biochemical Data (Data Lab)
§ Albumin ( N : 4 – 5,5 mg / 100 ml )
§ Tranferrin ( N : 170 – 250 mg / 100 ml )
§ Hb ( N : 12 mg / dl )
§ BUN ( N : 10 – 20 mg / 100 ml )
§ Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki :
0,6–1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5–1,0 mg/100 mg)
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi adalah keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh. Kemungkinan berhubungan dengan efek dari pengobatan,
mual/muntah, gangguan intake makanan, radiasi/kemoterapi, penyakit kronis.
Kemungkinan ditemukan data berat badan menurun, kelemahan, kesulitan makan,
nafsu makan berkurang, hipotensi, ketidakseimbangan elektrolit dan kulit
kering.
3. Intervensi
Kaji tanda vital, sensori, bising usus, status nutrisi, ukur intake makanan dan
timbang berat badan observasi kebutuhan nutrisi, jaga privasi pasien, jaga
kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada
didekat tempat tidur), Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi untuk
meningkatkan nafsu makan.
4. Implementasi
Dengan pemberian nutrisi melalui oral dan pemberian nutrisi melalui pipa
penduga/lambung.
5. Evaluasi
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan
dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila
terjadi kurang dari kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan
dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau
parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
1.7 Mengatur Posisi Di Tempat Tidur
A. Posisi Fowler
Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi serta
membantu eliminasi urine dan usus. Posisi fowler merupakan posisi bed dimana
kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-60. Dengan tujuan:
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan untuk
menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah
klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan fowler tinggi 60° sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45° sampai 60°
3. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah
disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi
lumbal.
4. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva
cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat
diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan
menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari
adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.
Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut
membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas
bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,
gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah
hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh
tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari
pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena
tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi
dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan
tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
B. POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien
berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi.
Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas
didepan tubuh klien. Dengan tujuan:
1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
2. Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang
mengalami paralisis
3. Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
4. Untuk tindakan pemberian enema
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada
abdomen
4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat
dan mencegah fleksi lateral leher.
5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari
tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai
setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah
tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.
8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien.
Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
C. POSISI TRENDELENBURG
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Dengan tujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
D. POSISI DORSAL RECUMBENT
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Dengan tujuan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta proses persalinan.
E. POSISI LITOTOMI
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Dengan tujuan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan
dan memasang alat kontrasepsi.
F. POSISI GENU PECTORAL
Posisis genu pectoral merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Dengan tujuan untuk memeriksa
daerah rectum dan sigmoid.
G. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal. Dengan tujuan:
a. Untuk klien post operasi dengan
menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body
alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah
disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi
lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya
hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan
telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal
tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
H. POSISI ORTHOPNEU
Posisi
orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed. Dengan tujuan:
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
PROSEDUR KERJA
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah
klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90°
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari
adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan
fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi
lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal
rotasi pada pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar
fleksi.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
I. POSISI PRONASI (TELUNGKUP)
Posisi
pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping. Dengan tujuan:
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi
mulut atau tenggorokan.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku
lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang
datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak
drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan
fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau
payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada
payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal,
dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah
tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan
serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya
fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
J. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi
lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping.Dengan tujuan:
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
PROSEDUR KERJA
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses
bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya
gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body
aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang
pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi
bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi
dari bahu serta penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi
secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan
adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki
bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke
belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
1.8 Latihan Rentang Gerak (Rom)
Kerusakan mobilasasi, fisik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tenang
tehnik-tehnik meningkatkan fungsi ekstremitas bawah dan atas.
Batasan karakteristik :
1. Mampu untuk bergerak untuk maksud tertentu
dalam lingkunganya seperti mobilisasi ditempat tidur, ambulasi.
2. Keterbatasan menggerakkna sendi-sendi
3. Adanya keterbatasan aktivitas
4. Malas untuk bergerak.
Rencana intervensi
1. Kaji faktor penyebab (trama, prosedur
pembedahan, penyakit-penyakit yang menimbulkan kecacatan.
2. Tingkatkan gerakan dan mobilitas secara
optimal
A. Meningkatkan mobilisasi ekstremitas.
1. Ajarkan latihan rentang gerak (ROM)
frekuensi tergantung kondisi individu.
2. Pada ekstremitas sehat minmal 4 kali/hari
jika mungkin.
a) Lakukan ROM pasif pada ekstremitas yang
sakit sehingga lakukan secara berlahan untuk mencegah terjafinya regangan pada
sendi.
b) Selama latihan perhatikan toleransi nyeri.
c) Untuk ROM pasif posisi telentang paling
efektif. Bila mampu secara aktif dapat dilakukan dengan duduk.
d) Lakukan setiap hari dan coba menggabungkan
dengan aktvitas lain.
3. Topang ekstremitas untuk mencegah atau
mengurangi bengkak.
4. Obati nyeri jika diperlukan, khususnya
sebelu aktivitas.
5. Gunakan kompres dingin untuk mengurangi
nyeri, peradangan dan bengkak.
6. Motivasi klien untuk melakukan latihan
bagi sendi.
Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah ke lainan bentuk
Prinsip Dasar Latihan ROM
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang
5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi, otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah
9 Memperbaiki tonus otot
B. Latihan ROM Pasifdan Aktif
1. Freksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
e. Catat perubahan yang terjadi
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapakmengarah
ke tubuhnya.
c. Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannyadengan tangan lainnya.
d. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
e. Catat perubahan yangterjadi
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c. Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lain.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
4. Pronasi Fleksi Bahu
a. Jelaskan prosedur yang akan dilindungi
b. Atur posisi tangan pasien diisi tubuhnya.
c. Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Catat perubahan yang terjadi.
5. Abduksi dan Adduksi
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien disamping badannya.
c. Letakan satu tangan perawat diatas sikupasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
d. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
6. Rotasi Bahu
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisilengan pasien menjauhi tubuh dengansiku menekuk
c. Letakan satu tangan perawat dilengan atas pasien dekat sikudan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.
d. Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
ke bawah.
e. Kembalikan lengan ke posisi semula.
f. Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
g. Kembalikan lengan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain
memegang kaki.
c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
e. Kembalikan ke posisi semula
f. Catat perubahan yang terjadi
8.Infersi dan Efersi Kaki
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien. Dengan satu jari, pegang pergelangan
kaki dengan tangan satunya.
d. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kakik menghadap kaki lainnya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar kaki keluar sehuingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi
9. Fleksi dan Ekstensi pergelangan kaki
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain diatas pergelangan kaki dan relax
c. Tekuk pergelangan kaki. Arahkan jari-jari kaki ke arah pasien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f. Catat perubahan yang terjadi.
10. Fleksi dan Ekstensi Lutut
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.
c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
11. Rotasi Pangkal Paha
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Tekan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain
diatas lutut.
c. Putar kaki menjauhi perawat
d.Putar kaki ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula
f. Catat perubahan yang terjadi
12. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan perawat dibawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
c. Jaga posisi pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm daritempat tidur,
gerakan kaki menjauhi badan pasien.
d. Gerakan kaki mendekati badan pasien.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi
C. Posisikan klien pada posisi fisiologis untuk mencegah komplikasi.
1. Gunakan papan kaki
2. Hindari duduk atau berbaring dalam posisi
sama pada waktu yang lama
3. Ubah posisi setiap 2 – 4 jam
4. Gunakan bantal kecil /tidak sama sekali
bila klien dalam posisi semi fowler.
5. Pertahankan posisi tubuh yang benar bila
menggunakan alat-alat mekanik.
TRAKSI
1. Kaji posisi yang benar antara traksi dan
tulang.
2. Observasi jumlah beban dan posisi yang
benar.
3. Biarkan beban tergantung dengan bebas
(tanpa selimut atau sprei).
4. Kaji perubahan sirkulasi : periksa
kualitas nadi, suhu kulit, warna ekstremitas, dan CR (bak bila < 2 detik)
5. Kaji adanya perubahan sirkulasi
(kesemutan, nyeri, rasa mati)
6. Kaji adanya perubahan mobilisasi
(kemampuan untuk fleksi, ekstensi)
7. Kaji tanda iritasi kulit ( kemerahan,
lecet, pucat)
8. Kaji daerah pen skeletal traksi dari
kelonggaran, peradangan, ulserasi, dan pengeluaran cairan.
9. Bersihkan tempat penusukan pen.
GIPS
1. Kaji ketepatan balutan (jangan terlalu
longgar dan kencang).
2. Kaji sirkulasi daerah yang terbalut setiap
2 jam sekali. (warna dan suhu kulit, kualitas nadi, CR).
3. Kaji perubahan sensasi pada ekstremitas
setiap 2 jam (kesemutan, nyeri) gerakan sendi.
4. Kaji adanya iritasi kulit (kemerahan,
ulserasi, atau keluhan nyeri pada balutan)
5. Hindari adanay benda yang tajam masuk
dalam balutan.
Masalah
kebutuhan aktivitas
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting yang manusia makan
dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrien adalah zat kimia organik dan
anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi
tubuh.
1. Pengkajian
a. Dietary Data (Data diet dikumpulkan dari
klien maupun dari keluarga). Komponen dietary data :
• 24-Hours Recall Methode
Data yang dikumpulkan adalah tentang porsi makan, pola makan dan snack, waktu
makan, dan tempat makanan biasa diletakkan.
• Food diaries
Pertanyaan tentang frekuensi makan, makanan apa saja yang dimakan khususnya
dalam 3–7 hari sebelum sakit menggambarkan intake (pemasukan) nutrisi klien,
apakah adekuat atau tidak.
• Riwayat keperawatan dan diet: Anggaran
makan, makan kesukaan dan waktu makan.
b. Medical-Socioeconomic Data
Faktor-faktor medik, sosial dan ekonomi seperti juga budaya dan psikologis
dapat mempengaruhi pemilihan klien terhadap makanan. Faktor-faktor resiko
berikut berhubungan dengan medikal-sosioekonomi yang dapat menyebabkan
perubahan status nutrisi klien. Kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan
intake nutrisi contoh: kanker, malabsorbsi, diare, hipertiroid, infeksi berat,
perdarahan, ketidakmampuan fisik dan mental.
c. Anthropometric Data (untuk mengevaluasi
pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh).
ü Berat badan ideal : (TB – 100) + - 10%
ü Lingkar pergelangan tangan
ü Lingkar lengan atas (MAC). Nilai Normal : Wanita
28,5 cm, Pria 28,3 cm
ü Lipatan kulit otot triseps (TSF). Nilai Normal :
Wanita 16,5–18 cm, Pria 12,5–16,5cm
d. Clinical Data (memperhatikan tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada
organ-organ fisiknya tetapi juga fisiologisnya)
§ Keadaan fisik : apatis, lesu
§ Berat badan : obesitas, underweight
§ Otot : fleksi/lemah, tonus kurang, tidak mampu
bekerja
§ Sistem saraf : bingung, rasa terbakar,
paresthesia, refleks menurun
§ Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi,
diare, flatulensi, pembesaran liver/lien.
§ Kardiovaskuler : denyut nadi > 100x/mt, irama
abnormal, TD rendah/tinggi.
e. Biochemical Data (Data Lab)
§ Albumin ( N : 4 – 5,5 mg / 100 ml )
§ Tranferrin ( N : 170 – 250 mg / 100 ml )
§ Hb ( N : 12 mg / dl )
§ BUN ( N : 10 – 20 mg / 100 ml )
§ Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki :
0,6–1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5–1,0 mg/100 mg)
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi adalah keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh. Kemungkinan berhubungan dengan efek dari pengobatan,
mual/muntah, gangguan intake makanan, radiasi/kemoterapi, penyakit kronis.
Kemungkinan ditemukan data berat badan menurun, kelemahan, kesulitan makan,
nafsu makan berkurang, hipotensi, ketidakseimbangan elektrolit dan kulit
kering.
3. Intervensi
Kaji tanda vital, sensori, bising usus, status nutrisi, ukur intake makanan dan
timbang berat badan observasi kebutuhan nutrisi, jaga privasi pasien, jaga
kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada
didekat tempat tidur), Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi untuk
meningkatkan nafsu makan.
4. Implementasi
Dengan pemberian nutrisi melalui oral dan pemberian nutrisi melalui pipa
penduga/lambung.
5. Evaluasi
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan
dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila
terjadi kurang dari kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan
dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau
parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
1.7 Mengatur Posisi Di Tempat Tidur
A. Posisi Fowler
Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi serta
membantu eliminasi urine dan usus. Posisi fowler merupakan posisi bed dimana
kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-60. Dengan tujuan:
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan untuk
menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah
klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan fowler tinggi 60° sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45° sampai 60°
3. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah
disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi
lumbal.
4. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva
cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat
diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan
menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari
adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.
Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut
membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas
bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,
gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah
hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh
tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari
pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena
tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi
dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan
tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
B. POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien
berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi.
Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas
didepan tubuh klien. Dengan tujuan:
1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
2. Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang
mengalami paralisis
3. Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
4. Untuk tindakan pemberian enema
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada
abdomen
4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat
dan mencegah fleksi lateral leher.
5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari
tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai
setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah
tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.
8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien.
Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
C. POSISI TRENDELENBURG
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Dengan tujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
D. POSISI DORSAL RECUMBENT
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Dengan tujuan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta proses persalinan.
E. POSISI LITOTOMI
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Dengan tujuan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan
dan memasang alat kontrasepsi.
F. POSISI GENU PECTORAL
Posisis genu pectoral merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Dengan tujuan untuk memeriksa
daerah rectum dan sigmoid.
G. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal. Dengan tujuan:
a. Untuk klien post operasi dengan
menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body
alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah
disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi
lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya
hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan
telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal
tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
H. POSISI ORTHOPNEU
Posisi
orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed. Dengan tujuan:
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
PROSEDUR KERJA
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah
klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90°
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari
adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan
fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi
lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal
rotasi pada pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar
fleksi.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
I. POSISI PRONASI (TELUNGKUP)
Posisi
pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping. Dengan tujuan:
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi
mulut atau tenggorokan.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku
lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang
datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak
drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan
fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau
payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada
payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal,
dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah
tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan
serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya
fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
J. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi
lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping.Dengan tujuan:
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
PROSEDUR KERJA
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses
bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya
gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body
aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang
pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi
bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi
dari bahu serta penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi
secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan
adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki
bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke
belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
1.8 Latihan Rentang Gerak (Rom)
Kerusakan mobilasasi, fisik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tenang
tehnik-tehnik meningkatkan fungsi ekstremitas bawah dan atas.
Batasan karakteristik :
1. Mampu untuk bergerak untuk maksud tertentu
dalam lingkunganya seperti mobilisasi ditempat tidur, ambulasi.
2. Keterbatasan menggerakkna sendi-sendi
3. Adanya keterbatasan aktivitas
4. Malas untuk bergerak.
Rencana intervensi
1. Kaji faktor penyebab (trama, prosedur
pembedahan, penyakit-penyakit yang menimbulkan kecacatan.
2. Tingkatkan gerakan dan mobilitas secara
optimal
A. Meningkatkan mobilisasi ekstremitas.
1. Ajarkan latihan rentang gerak (ROM)
frekuensi tergantung kondisi individu.
2. Pada ekstremitas sehat minmal 4 kali/hari
jika mungkin.
a) Lakukan ROM pasif pada ekstremitas yang
sakit sehingga lakukan secara berlahan untuk mencegah terjafinya regangan pada
sendi.
b) Selama latihan perhatikan toleransi nyeri.
c) Untuk ROM pasif posisi telentang paling
efektif. Bila mampu secara aktif dapat dilakukan dengan duduk.
d) Lakukan setiap hari dan coba menggabungkan
dengan aktvitas lain.
3. Topang ekstremitas untuk mencegah atau
mengurangi bengkak.
4. Obati nyeri jika diperlukan, khususnya
sebelu aktivitas.
5. Gunakan kompres dingin untuk mengurangi
nyeri, peradangan dan bengkak.
6. Motivasi klien untuk melakukan latihan
bagi sendi.
Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah ke lainan bentuk
Prinsip Dasar Latihan ROM
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang
5. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi, otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah
9 Memperbaiki tonus otot
B. Latihan ROM Pasifdan Aktif
1. Freksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
e. Catat perubahan yang terjadi
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapakmengarah
ke tubuhnya.
c. Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannyadengan tangan lainnya.
d. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
e. Catat perubahan yangterjadi
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c. Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lain.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
4. Pronasi Fleksi Bahu
a. Jelaskan prosedur yang akan dilindungi
b. Atur posisi tangan pasien diisi tubuhnya.
c. Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Catat perubahan yang terjadi.
5. Abduksi dan Adduksi
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien disamping badannya.
c. Letakan satu tangan perawat diatas sikupasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
d. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
6. Rotasi Bahu
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisilengan pasien menjauhi tubuh dengansiku menekuk
c. Letakan satu tangan perawat dilengan atas pasien dekat sikudan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.
d. Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
ke bawah.
e. Kembalikan lengan ke posisi semula.
f. Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
g. Kembalikan lengan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain
memegang kaki.
c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
e. Kembalikan ke posisi semula
f. Catat perubahan yang terjadi
8.Infersi dan Efersi Kaki
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien. Dengan satu jari, pegang pergelangan
kaki dengan tangan satunya.
d. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kakik menghadap kaki lainnya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar kaki keluar sehuingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi
9. Fleksi dan Ekstensi pergelangan kaki
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain diatas pergelangan kaki dan relax
c. Tekuk pergelangan kaki. Arahkan jari-jari kaki ke arah pasien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f. Catat perubahan yang terjadi.
10. Fleksi dan Ekstensi Lutut
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.
c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
11. Rotasi Pangkal Paha
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Tekan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain
diatas lutut.
c. Putar kaki menjauhi perawat
d.Putar kaki ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula
f. Catat perubahan yang terjadi
12. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Letakan satu tangan perawat dibawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
c. Jaga posisi pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm daritempat tidur,
gerakan kaki menjauhi badan pasien.
d. Gerakan kaki mendekati badan pasien.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi
C. Posisikan klien pada posisi fisiologis untuk mencegah komplikasi.
1. Gunakan papan kaki
2. Hindari duduk atau berbaring dalam posisi
sama pada waktu yang lama
3. Ubah posisi setiap 2 – 4 jam
4. Gunakan bantal kecil /tidak sama sekali
bila klien dalam posisi semi fowler.
5. Pertahankan posisi tubuh yang benar bila
menggunakan alat-alat mekanik.
TRAKSI
1. Kaji posisi yang benar antara traksi dan
tulang.
2. Observasi jumlah beban dan posisi yang
benar.
3. Biarkan beban tergantung dengan bebas
(tanpa selimut atau sprei).
4. Kaji perubahan sirkulasi : periksa
kualitas nadi, suhu kulit, warna ekstremitas, dan CR (bak bila < 2 detik)
5. Kaji adanya perubahan sirkulasi
(kesemutan, nyeri, rasa mati)
6. Kaji adanya perubahan mobilisasi
(kemampuan untuk fleksi, ekstensi)
7. Kaji tanda iritasi kulit ( kemerahan,
lecet, pucat)
8. Kaji daerah pen skeletal traksi dari
kelonggaran, peradangan, ulserasi, dan pengeluaran cairan.
9. Bersihkan tempat penusukan pen.
GIPS
1. Kaji ketepatan balutan (jangan terlalu
longgar dan kencang).
2. Kaji sirkulasi daerah yang terbalut setiap
2 jam sekali. (warna dan suhu kulit, kualitas nadi, CR).
3. Kaji perubahan sensasi pada ekstremitas
setiap 2 jam (kesemutan, nyeri) gerakan sendi.
4. Kaji adanya iritasi kulit (kemerahan,
ulserasi, atau keluhan nyeri pada balutan)
5. Hindari adanay benda yang tajam masuk
dalam balutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar